WagonNews – Badai pasir menyapu Irak pada 15–16 April 2025. Menghentikan aktivitas warga, menunda penerbangan, dan memaksa ribuan orang mencari perawatan akibat gangguan pernapasan.
Gangguan Serius pada Aktivitas Warga
Kota-kota besar seperti Baghdad, Najaf, dan Basra diselimuti debu tebal berwarna jingga yang membatasi jarak pandang hingga kurang dari 200 meter. Pemerintah setempat menangguhkan aktivitas Sekolah, dan kantor pemerintah sebagai langkah pencegahan.
Bandara di Najaf dan Basra dilaporkan menghentikan operasional sementara karena kondisi visibilitas yang buruk. Di berbagai tempat, warga diwajibkan menggunakan masker agar dampaknya tidak masuk ke dalam saluran pernapasan.
Menurut Badan Meteorologi Irak, kecepatan angin selama badai mencapai 50–60 km/jam, membawa partikel debu dalam jumlah tinggi yang melampaui ambang batas aman kualitas udara.
Fenomena Tahunan yang Kian Parah
Badai pasir merupakan fenomena tahunan di Irak, namun intensitasnya meningkat sejak beberapa tahun terakhir. Sejak awal 2025, setidaknya empat badai besar tercatat telah melanda kawasan Irak bagian tengah dan selatan.
Para ahli menjelaskan bahwa fenomena ini dipicu oleh perubahan iklim, deforestasi, dan penurunan kualitas tanah. Kehilangan banyak vegetasi di Irak dalam dua puluh tahun terakhir memperparah ancaman badai debu yang lebih intens.
Pernyataan Resmi Pemerintah Irak
Menteri Kesehatan Irak mengungkapkan bahwa rumah sakit di berbagai wilayah menerima ribuan pasien dengan gejala gangguan pernapasan.
“Kami telah mengerahkan tim medis dan stok obat-obatan tambahan untuk mengantisipasi lonjakan pasien. Ini bukan sekadar permasalahan cuaca, tapi sudah menjadi ancaman kesehatan publik tahunan,” tegas Menteri kes Irak.
Menurut data resmi, lebih dari 3.700 kasus gangguan pernapasan tercatat akibat badai ini, dengan ratusan di antaranya dirawat intensif di rumah sakit pemerintah.
Langkah-Langkah Darurat dan Upaya Pencegahan
Pemerintah Irak mengumumkan status siaga darurat di sejumlah provinsi dan mulai mendistribusikan masker gratis kepada masyarakat. WHO dan UNEP, bersama dengan beberapa lembaga internasional lainnya, terlibat dalam pemantauan kualitas udara serta pengiriman bantuan logistik ke daerah-daerah yang terkena dampak badai pasir.
Di sisi lain, Kementerian Lingkungan Hidup Irak kembali menegaskan rencana jangka panjang untuk proyek reforestasi dan pembangunan sabuk hijau (green belt) di sekitar kawasan rawan badai, meski tantangan pembiayaan masih menjadi kendala.
Tantangan Ekologis
Badai pasir yang melanda Irak bukan hanya masalah musiman, tetapi juga menyoroti krisis iklim dan masalah serius dalam pengelolaan lingkungan yang terus memburuk.
Leave a Reply