Che Guevara: Api Revolusi yang Tak Pernah Padam

Che Guevara Api Revolusi temp

Ernesto Che Guevara bukan hanya tokoh dalam catatan sejarah atau figur ikonik yang menghiasi kaus-kaus bertema perlawanan. Ia adalah simbol perlawanan global, ikon idealisme yang tak lekang oleh zaman. Lahir di Rosario, Argentina pada 14 Juni 1928, Che tumbuh dalam keluarga kelas menengah dengan latar belakang intelektual yang kuat. Sejak kecil, ia telah menunjukkan ketertarikan pada literasi, filsafat, dan keadilan sosial—bibit-bibit yang kemudian tumbuh menjadi semangat revolusioner yang membara.

Dari Mahasiswa Kedokteran ke Jalan Revolusi

Che memulai perjalanannya sebagai mahasiswa kedokteran di Universitas Buenos Aires. Namun, hidup punya rencana lain. Sebuah perjalanan motor keliling Amerika Selatan bersama sahabatnya, Alberto Granado, membuka matanya terhadap kemiskinan dan ketidaksetaraan yang merajalela di benua itu. Pengalaman melihat langsung penderitaan rakyat kecil menjadi titik balik dalam hidupnya.

Perjalanan tersebut mengubah Che dari calon dokter menjadi pemikir revolusioner. Ia mulai membaca karya-karya Karl Marx dan Lenin, mencari solusi atas ketimpangan yang ia saksikan. Bagi Che, revolusi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Ia percaya bahwa sistem kapitalis telah gagal menyejahterakan rakyat dan bahwa hanya perubahan radikal yang bisa menyelamatkan mereka.

Che Guevara Menuju Kuba: Bertemu Takdir

Nasib mempertemukannya dengan Fidel Castro di Meksiko, tahun 1955. Dalam waktu singkat, Che bergabung dengan gerakan 26 Juli—kelompok revolusioner yang bertujuan menggulingkan diktator Kuba, Fulgencio Batista. Dengan semangat tanpa kompromi, ia menjadi bagian penting dalam ekspedisi Granma, pelayaran berisiko yang menjadi awal Revolusi Kuba.

Di hutan-hutan lebat Sierra Maestra, Che menunjukkan kualitas kepemimpinannya. Ia bukan hanya ahli strategi militer, tetapi juga panutan moral bagi para gerilyawan. Ia dikenal keras, bahkan kejam terhadap disiplin, namun tak pernah minta perlakuan khusus.

Pada 1959, setelah perang gerilya yang melelahkan, Havana jatuh ke tangan revolusioner. Batista melarikan diri, dan sejarah menulis bab baru untuk Kuba—dan Che.

Menteri, Penulis, dan Simbol Che Guevara
Che Guevara Menteri Penulis dan Simbol

Setelah kemenangan, Che tak memilih jalan santai. Ia memegang berbagai posisi penting di pemerintahan Kuba, termasuk sebagai Menteri Perindustrian dan Presiden Bank Nasional. Namun, meski duduk di kursi kekuasaan, hatinya tetap bersama rakyat tertindas dunia.

Ia menulis buku, menyampaikan pidato di forum internasional, dan tak henti menyuarakan semangat anti-imperialisme. Salah satu pidatonya yang paling dikenang adalah di Majelis Umum PBB, di mana ia dengan lantang mengecam ketidakadilan global dan campur tangan Amerika Serikat di negara-negara berkembang.

Namun, Che bukan tipe yang nyaman hanya dengan kata-kata. Ia merasa tugas revolusioner sejati adalah terus berjuang di medan konflik. Ia pun meninggalkan Kuba dan berangkat ke Kongo, lalu ke Bolivia, untuk menyulut kembali bara revolusi.

Tragedi di Bolivia
Che Guevara Tragedi di Bolivia

Petualangan terakhir Che berakhir tragis. Di pegunungan Bolivia, ia memimpin kelompok kecil gerilyawan untuk melawan pemerintahan yang didukung CIA. Sayangnya, rakyat lokal tak banyak yang mendukung, dan logistik pun menipis. Pada 8 Oktober 1967, ia ditangkap di hutan Yuro, dan sehari kemudian dieksekusi di sekolah kecil di desa La Higuera.

Namun kematiannya bukan akhir dari pengaruh Che. Sebaliknya, itu menjadi awal dari mitos yang tak pernah padam. Potret dirinya dengan baret bintang—diabadikan oleh fotografer Alberto Korda—menjadi simbol global perlawanan, perjuangan, dan idealisme yang tak goyah.

Warisan Abadi

Che Guevara bukanlah figur tanpa kontroversi. Ia dikagumi sekaligus dikritik. Beberapa melihatnya sebagai pahlawan sejati, yang mengorbankan segalanya demi keadilan sosial. Yang lain menilainya sebagai sosok otoriter, yang tak segan menempuh jalan kekerasan demi tujuan revolusioner.

Namun satu hal yang tak bisa disangkal: Che adalah simbol. Sebuah ide yang melampaui batas negara, budaya, dan generasi. Ia menginspirasi gerakan dari Amerika Latin hingga Afrika, dari mahasiswa demonstran hingga pejuang kemerdekaan.

Warisan Che adalah api yang tak pernah mati. Ia mengajarkan bahwa perubahan menuntut pengorbanan, bahwa idealisme bukan untuk dikoleksi di rak buku, tetapi untuk dihidupi. Dalam dunia yang sering terasa terlalu pragmatis dan dingin, semangat Che menjadi pengingat bahwa mimpi tentang dunia yang lebih adil masih layak diperjuangkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *