Yakuza Jepang: Umumkan Akhiri Perang Dingin Antar Geng

yakuza jepang bw

Tokyo – Sebuah babak mengejutkan muncul dari dunia gelap kejahatan terorganisir Jepang. Kelompok yakuza jepang terbesar di negeri sakura ini akhirnya menyatakan niat untuk menghentikan permusuhan panjang yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Apakah ini akhir dari pertumpahan darah atau hanya jeda dalam badai?

Tiga tokoh senior dari kelompok Yamaguchi-gumi muncul di kantor pusat Kepolisian Prefektur Hyogo dan menyerahkan dokumen resmi yang menyatakan tekad mereka untuk menyudahi seluruh pertikaian dalam tubuh organisasi. Kejadian ini mengejutkan banyak pihak, mengingat reputasi Yamaguchi-gumi sebagai salah satu kelompok kriminal paling berpengaruh dan ditakuti di Jepang.

Dalam surat tersebut, mereka menyatakan niat untuk tidak lagi memicu kekacauan dan bersikap lebih tertib di mata hukum. Sebuah langkah yang jarang, bahkan nyaris tak terbayangkan, dari kelompok yang selama ini menjadi simbol dunia kriminal di Jepang.

Yamaguchi-gumi telah lama menjadi kekuatan dominan dalam lanskap yakuza Jepang. Namun, sejak tahun 2015, kelompok ini terguncang oleh perpecahan besar yang menyebabkan lahirnya faksi baru: Kobe Yamaguchi-gumi. Pecahnya kelompok ini menandai dimulainya rangkaian bentrokan berdarah, serangan mendadak, dan pembunuhan terbuka antara dua kekuatan besar tersebut.

Bentrokan tidak jarang terjadi di area publik—dari jalan-jalan sempit kota kecil hingga pusat distrik bisnis di kawasan Jepang bagian tengah dan barat. Warga sipil pun semakin resah, dan pihak berwenang pun tak punya pilihan selain memperketat regulasi terhadap organisasi semacam itu.

Yakuza Jepang di Mata Hukum: Tidak Dilarang, Tapi Tidak Bebas
yakuza jepang umumkan

Berbeda dari banyak negara lain, di Jepang kelompok yakuza bukanlah organisasi ilegal secara eksplisit. Mereka berada di zona abu-abu, diakui keberadaannya, namun tetap berada di bawah pengawasan ketat. Organisasi ini diatur dengan aturan-aturan tertentu dan keberadaan kantor resmi mereka pun didaftarkan.

Namun, sejak eskalasi konflik antara Yamaguchi-gumi dan Kobe Yamaguchi-gumi, pendekatan pemerintah berubah. Pada tahun 2020, otoritas Jepang secara resmi mengklasifikasikan keduanya sebagai kelompok dalam kondisi perang. Status ini memberi polisi kewenangan tambahan untuk mengintensifkan pengawasan, membatasi ruang gerak mereka, dan bahkan menutup akses ke kantor-kantor mereka.

“Konflik mereka sudah mencapai titik di mana tidak lagi bisa diprediksi,” demikian pernyataan dari Badan Kepolisian Nasional pada tahun 2021, menandai betapa seriusnya situasi saat itu.

Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada tanggapan resmi dari pihak Kobe Yamaguchi-gumi mengenai deklarasi damai dari mantan rekan mereka. Kepolisian menyatakan bahwa mereka akan terus memantau dinamika dari kedua kelompok tersebut, mengingat deklarasi sepihak ini bisa jadi hanyalah strategi atau taktik sesaat.

Dari Balik Bayangan: Yakuza Mulai Kehilangan Gigi?
yakuza jepang umumkan

Meski konflik antar geng terus berlangsung, jumlah anggota yakuza di Jepang justru mengalami penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2024, untuk pertama kalinya dalam sejarah, jumlah total anggota sindikat kejahatan terorganisir di Jepang turun di bawah angka 20.000—hanya tersisa sekitar 18.800 orang menurut data resmi kepolisian.

Yamaguchi-gumi yang dulu memiliki kekuatan lebih dari 6.000 orang, kini hanya tersisa 3.300 anggota aktif. Di sisi lain, Kobe Yamaguchi-gumi mencatatkan keanggotaan yang jauh lebih kecil, hanya sekitar 120 orang di tahun lalu.

Penurunan ini tidak lepas dari tekanan luar biasa dari aparat keamanan dan semakin ketatnya regulasi. Banyak anggota yang memilih pensiun, menyamar, atau berpindah ke jalur kriminal yang lebih tersembunyi.

Tokuryu: Wajah Baru Kejahatan Jepang

Namun, menurunnya kekuatan yakuza bukan berarti Jepang bebas dari kejahatan. Justru seiring melemahnya kelompok tradisional ini, lahirlah fenomena baru yang mulai meresahkan: tokuryu.

Berbeda dengan yakuza yang terstruktur dan memiliki hierarki jelas, tokuryu adalah kelompok atau individu kriminal yang bergerak secara lepas. Mereka tidak punya ikatan terhadap organisasi tertentu dan seringkali beroperasi dengan cara-cara yang lebih sulit dideteksi.

Tahun lalu, sekitar 10.000 orang yang tergolong dalam jaringan tokuryu telah diselidiki oleh kepolisian. Mereka terlibat dalam berbagai tindak kejahatan mulai dari perampokan bersenjata di Tokyo, hingga penipuan berbasis media sosial yang memanfaatkan tipu muslihat romansa dan investasi palsu.

Model kejahatan mereka pun lebih modern dan adaptif. Beroperasi secara digital, mereka tidak bergantung pada “kantor” seperti yakuza, dan tak memiliki simbol atau ritual khas. Ini membuat mereka lebih sulit dilacak dan menimbulkan tantangan baru bagi aparat penegak hukum.

Apakah Ini Akhir Era Yakuza Jepang?

Deklarasi damai yang diumumkan oleh Yamaguchi-gumi bisa menjadi pertanda bahwa era keemasan yakuza memang benar-benar mulai berakhir. Di tengah tekanan hukum, menurunnya loyalitas anggota, dan bergesernya metode kriminal ke ranah digital, organisasi yang pernah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah bawah tanah Jepang ini kini berada di persimpangan jalan.

Namun, bagi banyak pihak, skeptisisme tetap mengiringi janji damai tersebut. Dunia yakuza bukanlah dunia yang mudah ditebak. Kesetiaan, kekuasaan, dan kontrol wilayah telah menjadi fondasi mereka selama puluhan tahun. Mengubah arah begitu saja bukan perkara sederhana.

Yang pasti, warga Jepang berharap bahwa ini bukan hanya sekadar manuver taktis, melainkan awal dari transformasi yang lebih besar. Sementara itu, polisi tetap akan menjaga kewaspadaan mereka.

Karena di balik setiap jeda, selalu ada potensi badai baru yang siap muncul.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *