Kabel Semrawut di Tengah Jakarta: Simbol Kontras Megapolitan

kabel semrawut

WagonNews – Jakarta, kota megapolitan yang dikenal dengan deretan gedung pencakar langit dan jalanan yang tak pernah tidur, menyimpan sisi lain yang jauh dari kesan modern. Di balik kesibukan dan kemewahan ibukota, ada satu pemandangan yang kerap luput dari perhatian, namun begitu mencolok dan meresahkan: tumpukan kabel semrawut utilitas yang menggantung sembarangan di atas kepala warga.

Salah satu lokasi yang memperlihatkan kondisi paling mencolok adalah kawasan Jalan Terusan Majapahit. Letaknya sangat dekat dengan pusat pemerintahan, tapi kondisi infrastrukturnya justru mengundang keprihatinan.

Beragam Komentar Publik Tentang Kabel Semrawut

Di sepanjang jalan itu, kabel listrik dan internet melintang seenaknya dari satu tiang ke tiang lainnya. Ada yang menggantung rendah, nyaris menyentuh kepala pejalan kaki, ada pula yang kusut seperti benang yang tak pernah diurai. Pemandangan ini seolah menjadi potret kumuh yang kontras dengan aura metropolitan Jakarta.

“Bahaya tuh. Gak enak banget dilihat mata,” ujar Rizky, seorang penjual kopi keliling atau yang akrab disebut ‘starling’. Ia setiap hari mangkal di kawasan itu dan sudah lama resah dengan kondisi tersebut. Sambil menunjuk ke atas, Rizky mengaku kerap cemas saat hujan turun. “Ngeri kalau hujan, takut kesetrum. Kan kita nggak tahu kabel mana yang aktif.”

Keluhan serupa datang dari Bayu, pegawai agen travel yang biasa beristirahat di bawah tiang kabel. Menurutnya, situasi ini bukan hanya tidak sedap dipandang, tapi juga membahayakan.

“Bahaya banget bisa nyetrum ke tiang, jadi rawan kalau hujan,” ungkap Bayu. Ia juga menyaksikan sendiri bagaimana kendaraan bertinggi besar seperti truk harus berhati-hati melewati area tersebut. “Kadang suka pada ngakalin pakai bambu. Agak keganggu kalau ada truk-truk overload, ketinggian,” tambahnya sambil geleng-geleng kepala.

Bayu punya solusi sederhana tapi logis: pemindahan kabel ke dalam tanah. “Kalau ganggu jalan, harusnya pindahkan ke tanah,” katanya mantap. Ia pun menyayangkan praktik umum di mana kabel internet numpang di tiang listrik. “Sekarang kabel internet banyak yang nyatu sama tiang listrik. Mereka manfaatkan tiang-tiang listrik buat ngaitin kabel, jadi kayak tiang multifungsi,” ucapnya, menggambarkan kondisi yang sudah menjadi hal biasa tapi sangat tidak ideal.

Kabel Liar: Antara Kreativitas dan Kekacauan
kebel liar

Kekacauan serupa terlihat juga di kawasan Jalan Ir. Haji Juanda 3. Di sana, sebuah toko roti harus merelakan dinding tokonya dihiasi kabel liar yang menempel sembarangan. Lebih parah lagi, ada kabel yang digantung menggunakan botol air mineral sebagai pemberat—sebuah “kreativitas darurat” yang malah menambah kekusutan visual.

Shinta, pedagang makanan ringan yang sudah berjualan lebih dari satu dekade di sana, tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. “Saya yang belit-belit itu kabel utilitas ke pohon, karena takut ada yang kesandung,” katanya dengan nada kesal.

Ia merasa kondisi ini tak pernah berubah sejak dulu. “Kalau rapi, kan enak keliatannya, enggak amburadul. Dari dulu ada yang masang. Coba rapihin,” keluhnya.

Shinta juga menyentil para vendor penyedia layanan internet yang kerap memasang kabel seenaknya dan tak bertanggung jawab setelahnya. “Amburadul banget. Gak ada yang rapihin. Biasanya mereka baru datang kalau ada keluhan dari pelanggan internet. Kalau nggak ada masalah, ya dibiarkan begitu aja,” ujarnya jujur.

Potret Kota yang Berantakan di Titik-Titik Strategis

Tak jauh dari Masjid Istiqlal—salah satu ikon religi dan sejarah di jantung Jakarta—kabel-kabel menjuntai rendah, beberapa bahkan sudah terputus namun dibiarkan bergelantungan begitu saja. Ironisnya, lokasi ini sangat dekat dengan pusat pemerintahan dan area strategis nasional.

Di Jalan Patimura, yang menjadi jalur menuju kediaman pribadi Presiden Prabowo dan rumah dinas Kapolri, kondisi kabel juga tak jauh berbeda. Kabel-kabel utilitas di sana terlihat kusut tak terurus, seolah tidak mencerminkan status jalan yang seharusnya menjadi salah satu titik teraman dan teratur di negeri ini.

Potret seperti ini bukan sekadar soal estetika. Lebih dari itu, ini menyangkut keselamatan publik dan citra sebuah kota yang menjadi etalase negara. Di tengah berbagai upaya pemerintah membangun wajah modern Jakarta, dari LRT hingga IKN, realitas semrawut seperti ini justru menjadi noda yang mencolok.

Solusi dan Harapan Warga Kabel Semrawut

Banyak warga berharap pemerintah daerah dan penyedia layanan utilitas segera mengambil tindakan nyata. Pemindahan kabel ke jalur bawah tanah sudah sering didengungkan, tapi implementasinya masih jauh dari harapan.

Selain itu, pengawasan dan koordinasi antar-instansi serta vendor harus diperketat. Tidak bisa lagi ada kabel yang digantung seenaknya tanpa perencanaan, atau vendor yang hanya datang ketika ada komplain.

Sebagai kota yang menjadi pusat pemerintahan, bisnis, dan budaya, Jakarta semestinya mampu memberikan contoh penataan kota yang rapi dan aman. Jika kabel-kabel kusut masih dibiarkan menjuntai di jantung kota, bagaimana nasib wilayah lain yang jauh dari sorotan?

Kabel semrawut bukan sekadar gangguan visual. Ia adalah simbol dari tata kelola yang setengah hati, dari kebijakan yang belum menyentuh akar permasalahan. Jakarta boleh saja dipoles dari atas—dengan gedung megah dan proyek prestisius—tapi jika dasar infrastrukturnya tak dibenahi, maka wajah kota ini akan tetap ternoda oleh hal-hal yang seharusnya bisa diselesaikan sejak lama.

Dan sementara itu, warga seperti Rizky, Bayu, dan Shinta hanya bisa berharap—semoga suatu hari, langit-langit kota mereka tak lagi dipenuhi benang kusut yang menunggu waktu untuk menjadi bencana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *