Salad Nusantara Jadi Daya Tarik, Warisan Lezat yang Mendunia

WagonNewsTak hanya menggugah selera, berbagai salad khas Indonesia kembali mengharumkan nama bangsa lewat daftar “Salad Terlezat Dunia” versi TasteAtlas. Bukan pertama kalinya, dan kemungkinan besar bukan yang terakhir, sebab kuliner-kuliner ini bukan sekadar hidangan—mereka adalah cerminan dari kekayaan budaya dan alam Nusantara.

Ketua Umum Indonesia Gastronomy Community (IGC), salad Indonesia punya nilai yang jauh lebih dalam daripada sekadar kombinasi sayuran dan saus.

Aneka sayuran, karbohidrat, dan protein disatukan oleh saus kacang yang kaya rasa, menjadikan sajian ini bukan hanya lezat tapi juga penuh makna. Di sisi lain, pecel memiliki tempat istimewa dalam budaya kuliner masyarakat Jawa, terutama di pedesaan yang menjunjung tinggi hasil bumi lokal sebagai sumber pangan utama.

Potensi Global, Akar Lokal Salad Nusantara
salad gado gado

Tak hanya kaya rasa dan sarat makna, salad khas Indonesia juga memiliki potensi luar biasa untuk bersinar di panggung internasional. Ria menegaskan bahwa secara prinsip keberlanjutan, salad Nusantara telah memenuhi banyak aspek penting: bahan-bahannya mayoritas berbasis nabati, meminimalisir limbah, dan padat gizi.

Meski demikian, menurutnya, perlu strategi pendekatan yang lebih modern dalam penyajian dan promosi. Mulai dari desain visual yang kekinian, storytelling seputar sejarah dan nilai makanan, hingga kolaborasi kreatif dengan chef diaspora dan restoran global bisa menjadi pintu gerbang yang efektif.

Bukan Sekadar Hidangan Sehari-hari

Bagi masyarakat Indonesia sendiri, pendekatan pelestarian justru harus dimulai dari kebanggaan dan edukasi.

Ia pun menyoroti pentingnya edukasi gastronomi yang menyentuh langsung generasi muda.

Ketika bicara soal audiens mancanegara, penyajiannya perlu disesuaikan dengan selera dan kebiasaan makan mereka. Menurut Ria, penting untuk menyederhanakan tampilan visual salad tanpa menghilangkan identitas aslinya, serta perlahan-lahan menyesuaikan rasa agar tetap diterima lidah global.

Salad Nusantara: Tak Hanya Gado-Gado, Pecel, dan Ketoprak
salad nusantara urap

Tiga nama besar—gado-gado, pecel, dan ketoprak—kembali masuk dalam daftar TasteAtlas per April 2025. Namun, seperti yang dikatakan Ria, masih banyak salad lokal lainnya yang tak kalah memesona. “Urap, misalnya,” sebutnya. “Salad khas Jawa dengan kelapa parut berbumbu.”

Selain urap, ada pula trancam yang menyajikan sayuran mentah segar dipadukan dengan sambal kelapa. Di Sumatera Barat, terdapat sajian bernama pical yang sekilas menyerupai pecel, namun menawarkan rasa autentik khas Minangkabau.  Tak ketinggalan, lalapan khas Sunda juga sebenarnya dapat diposisikan sebagai salad—semuanya tergantung dari bagaimana narasi itu dibentuk.

Ketahanan Pangan Lokal: Pilar Pelestarian

Dalam konteks ketahanan pangan, salad Indonesia memiliki peluang kuat untuk terus lestari. Menurut Ria, ada beberapa langkah kunci. Pertama, memperkuat produksi dan distribusi bahan segar lokal agar tetap stabil dan terjangkau. Kedua, memperluas edukasi tentang gizi dan manfaat salad tradisional sebagai makanan sehat. Ketiga, menciptakan inovasi dalam penyajian supaya lebih menarik bagi anak muda yang hidup di era visual dan digital.

Terakhir, membangun sinergi antara petani, UMKM, dan pemerintah demi memastikan keberlanjutan rantai pasok dan pelestarian budaya.

“Salad Indonesia bisa jadi jembatan antara gizi, budaya, dan gaya hidup sehat masa kini,” pungkasnya.

Uniknya, tak hanya gado-gado, pecel, dan ketoprak yang pernah membawa nama Indonesia dikenal luas lewat daftar TasteAtlas. Pada tahun 2023, rujak cingur serta karedok juga berhasil menempati posisi sebagai salah satu salad terenak di dunia. Melalui kekayaan kuliner yang berbasis alam dan budaya, salad Indonesia telah menunjukkan kepada dunia bahwa makanan bukan sekadar soal rasa, tapi juga tentang identitas dan cerita yang melekat pada setiap suapan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *