WagonNews — Raksasa stablecoin global, Tether, berencana memasuki pasar Amerika Serikat dengan produk stablecoin terbarunya pada 2025. Informasi ini dikonfirmasi langsung oleh CEO Tether, Paolo Ardoino.
“Kami tengah bersiap untuk memperluas jangkauan ke pasar AS, kemungkinan besar pada akhir tahun ini atau paling lambat awal tahun depan,” ungkap Ardoino dalam pernyataan yang dikutip dari Cointelegraph.
Peluncuran tersebut, kata Ardoino, masih menanti kejelasan regulasi terkait stablecoin dari legislator AS. Sebagai bagian dari upaya memperlancar proses, Tether dilaporkan aktif menjalin komunikasi dengan regulator setempat dan menekankan peran strategis USDT dalam mendukung sistem keuangan AS.
“Kami menganggap diri kami sebagai eksportir dari salah satu produk terbaik buatan Amerika — dolar AS itu sendiri,” ucap Ardoino dalam sebuah wawancara dengan CNBC.
Dominasi Pasar Global Tether

Laporan terbaru dari Nansen, perusahaan riset yang berfokus pada Web3, menunjukkan bahwa hingga 25 April 2025, stablecoin USDT milik Tether menguasai hampir dua pertiga pasar stablecoin global, menjadikannya sebagai pemimpin dalam industri ini.
Selain menjadi yang paling dominan, Tether juga tercatat sebagai penerbit stablecoin paling menguntungkan. Keuntungan ini diperoleh dari konversi dolar AS ke USDT, yang kemudian diinvestasikan ke aset-aset likuid seperti surat utang pemerintah AS yang menghasilkan imbal hasil.
Namun, meskipun mendominasi secara global, USDT belum mendapatkan dominasi yang sama di pasar domestik AS, yang saat ini dikuasai oleh rivalnya, USDC.
USDC Naik Daun Sejak Trump Terpilih

Popularitas USDC di AS melonjak signifikan sejak kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden pada November 2024, ungkap Nansen dalam laporannya. Sementara itu, stablecoin yang dikembangkan oleh Circle telah mencatatkan kapitalisasi pasar lebih dari USD 60 miliar, mengacu pada data dari CoinGecko.
Kendati demikian, para analis memperkirakan USDT tetap akan mempertahankan posisi puncaknya secara global. “Di pasar stablecoin, kami melihat potensi dominasi oleh satu pemain besar, karena sifat industrinya yang cenderung menuju skenario ‘pemenang mengambil semua’,” jelas peneliti dari Nansen.
Tether Tambah Saham di Juventus, Kini Kuasai Lebih dari 10%
Tak hanya fokus pada ekspansi produk, Tether juga memperluas jangkauan investasinya ke dunia olahraga. Di sisi lain, unit investasi Tether, yakni Tether Investments, baru saja meningkatkan kepemilikan sahamnya di klub sepak bola ternama asal Italia, Juventus.
Berdasarkan laporan dari Cointelegraph tanggal 25 April 2025, Tether kini menguasai lebih dari 10,12% saham yang telah diterbitkan oleh Juventus, memberikan mereka sekitar 6,18% dari total hak suara. Sebelumnya, perusahaan telah memiliki 8,2% saham di klub tersebut.
CEO Paolo Ardoino menegaskan bahwa aksi korporasi ini bukan semata-mata langkah spekulatif, melainkan bagian dari visi jangka panjang untuk menjalin kemitraan strategis yang berkelanjutan.
“Juventus memiliki potensi besar, baik dari sisi prestasi olahraga maupun dalam adopsi teknologi untuk meningkatkan keterlibatan penggemar, pengalaman digital, dan ketahanan finansial. Kami antusias terhadap kerja sama ini,” jelasnya.
Tether juga menyampaikan keinginannya untuk terus bekerja sama dengan manajemen dan pemangku kepentingan Juventus, serta siap mendukung finansial dalam bentuk suntikan modal jika dibutuhkan.
“Sebagai bentuk keseriusan kami dalam kemitraan jangka panjang ini, kami terbuka untuk ambil bagian dalam penyertaan ekuitas di masa mendatang demi memperkuat posisi keuangan Juventus dan melindungi nilai investasi kami,” demikian isi pernyataan resmi perusahaan.
Upaya Bangun Citra Positif di Mata Regulator
Langkah Tether mengakuisisi saham Juventus dinilai sebagai strategi branding yang cerdas. Pendiri Obchakevich Research, Alex Obchakevich, melihat bahwa akuisisi ini dapat membantu membangun citra perusahaan sebagai entitas yang stabil dan transparan — nilai-nilai yang sangat diapresiasi oleh regulator, khususnya di Eropa.
“Ini bukan cuma soal diversifikasi investasi, tapi juga soal membangun kepercayaan dari luar komunitas kripto, termasuk regulator,” ungkap Obchakevich.
Ia juga menambahkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya Tether untuk kembali mengakses pasar Eropa, setelah sebelumnya sempat terhambat oleh regulasi ketat dalam Peraturan Pasar Aset Kripto (MiCA).
Leave a Reply