WagonNews – Titiek Puspa Dunia seni Indonesia kehilangan salah satu sosok paling berpengaruhnya. Titiek Puspa, sosok ikonik dalam dunia musik dan layar lebar Indonesia sejak masa kejayaan industri hiburan, telah menghembuskan napas terakhirnya. Ia menghembuskan napas terakhir pada Kamis, 10 April 2025, pukul 16.25 WIB di RS Medistra, Jakarta. Sang maestro meninggal dunia dalam usia 87 tahun setelah sempat menjalani perawatan intensif karena mengalami pendarahan otak.
Perjalanan hidup Sudarwati—nama lahir dari Titiek Puspa—telah memberikan warna besar bagi budaya populer Indonesia. Namun, kabar wafatnya karena komplikasi pendarahan otak membuka kembali kesadaran publik terhadap bahaya penyakit ini. Meski tidak selalu terdeteksi lebih awal, kondisi ini dapat menyerang siapa saja secara mendadak, bahkan pada mereka yang sebelumnya terlihat sehat.
Apa Itu Pendarahan Otak yang dialami Titiek Puspa
Secara medis, pendarahan otak dikenal dengan istilah stroke hemoragik, sebuah kondisi gawat darurat yang terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan darah mengalir ke jaringan otak. Keadaan ini mengakibatkan tekanan di dalam tengkorak meningkat drastis, merusak jaringan otak, dan dalam banyak kasus, menyebabkan kematian atau kecacatan permanen.
Tak hanya sekadar ‘stroke biasa’, pendarahan otak jauh lebih agresif. Ia bisa terjadi secara tiba-tiba, dan bila tidak ditangani dalam hitungan menit hingga jam, dapat berujung fatal. Inilah yang membuatnya menjadi penyakit yang sangat menakutkan.
Faktor-Faktor Pemicu yang Harus Diwaspadai

Pendarahan di otak dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu pemicunya yang paling umum adalah tekanan darah tinggi kronis. Ketika tekanan darah terlalu tinggi dan tak terkendali, pembuluh darah menjadi rapuh dan mudah pecah.
Kondisi lain seperti aneurisma (pelebaran abnormal pembuluh darah), kelainan bawaan pada jaringan pembuluh darah (AVM), serta trauma pada kepala akibat benturan juga menjadi penyebab utama. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat—seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, serta penggunaan narkoba seperti kokain—juga meningkatkan risiko pecahnya pembuluh darah di otak.
Obesitas dan diabetes menjadi dua faktor yang sering kali diabaikan, padahal keduanya turut berkontribusi besar terhadap terjadinya kerusakan pembuluh darah. Beberapa pasien bahkan mengalami pendarahan akibat konsumsi obat-obatan pengencer darah, seperti warfarin, yang digunakan untuk kondisi medis tertentu namun bisa memperburuk perdarahan bila tidak diawasi dengan ketat.
Tak hanya itu, kondisi medis seperti tumor otak, angiopati amiloid (penumpukan protein pada dinding pembuluh darah), dan pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis) juga memperbesar kemungkinan terjadinya pendarahan di area otak.
Gejala yang Sering Diabaikan
Sayangnya, pendarahan otak jarang memberikan tanda-tanda awal yang spesifik. Banyak orang baru menyadari adanya masalah ketika gejalanya sudah sangat serius. Beberapa tanda utama yang perlu diwaspadai antara lain:
-
Sakit kepala luar biasa hebat yang datang secara mendadak, sering kali digambarkan sebagai sakit kepala terburuk dalam hidup seseorang.
-
Kelemahan atau mati rasa secara tiba-tiba pada satu sisi tubuh.
-
Gangguan penglihatan, seperti pandangan ganda atau kabur.
-
Kesulitan berbicara atau memahami perkataan orang lain.
-
Kehilangan keseimbangan, pusing ekstrem, hingga sulit berjalan.
-
Mual dan muntah yang tidak biasa.
-
Kejang atau bahkan kehilangan kesadaran.
Pada kasus yang parah, penderita bisa langsung jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri. Inilah mengapa tindakan medis segera sangat penting.
Mengetahui kondisi secara cepat bisa menjadi faktor penentu antara keselamatan dan bahaya.
Mengapa Kasus Titiek Puspa Menjadi Pengingat?

Meninggalnya Titiek Puspa bukan hanya menjadi kehilangan besar bagi dunia hiburan, tetapi juga pengingat bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan otak dan sistem kardiovaskular. Tak peduli usia atau latar belakang seseorang, pendarahan otak bisa datang tanpa aba-aba.
Sering kali, penanganan terlambat terjadi karena tanda-tanda awal kerap dianggap hanya sebagai sakit kepala ringan, kelelahan, atau tekanan pikiran biasa. Padahal, waktu penanganan adalah faktor krusial dalam penanggulangan pendarahan otak.
Pencegahan: Langkah Bijak Menjaga Diri
Untuk menurunkan risiko terkena pendarahan otak, ada beberapa langkah sederhana namun penting yang bisa dilakukan:
-
Rutin memeriksa tekanan darah. Tekanan darah tinggi menjadi pemicu utama perdarahan di otak, meski kerap hadir tanpa tanda yang jelas.
-
Hindari merokok dan konsumsi alkohol secara berlebihan. Kedua hal ini mempercepat kerusakan pembuluh darah.
-
Kendalikan berat badan dan gula darah. Pola makan sehat dan olahraga teratur dapat membantu menjaga pembuluh darah tetap sehat.
-
Waspadai penggunaan obat-obatan. Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi pengencer darah atau suplemen tertentu secara rutin.
-
Jangan abaikan cedera kepala. Sekecil apa pun benturan, segera periksa jika muncul gejala seperti pusing berkelanjutan, mual, atau kejang.
Kematian Titiek Puspa memang menyisakan luka, tetapi juga membawa pelajaran penting bagi kita semua. Bahwa di tengah kesibukan dan rutinitas, menjaga kesehatan otak dan pembuluh darah adalah tanggung jawab yang tak boleh dikesampingkan. Semoga apa yang dialami almarhumah bisa menjadi refleksi untuk hidup lebih sehat, penuh kesadaran, dan saling menjaga satu sama lain.
Dilaporkan oleh WagonNews — Menyuarakan Fakta, Menggerakkan Empati.
Leave a Reply