Tragedi Depayin: Serangan Militer Myanmar Tewaskan 22 Orang

tragedi depayin

 WagonNews – Pada 12 Mei 2025, sebuah Tragedi serangan udara menghantam sebuah sekolah di Desa Oe Htein Kwin, Kecamatan Depayin, Wilayah Sagaing, Myanmar. Serangan ini dilakukan oleh militer Myanmar dan menewaskan sedikitnya 22 orang, termasuk 20 siswa dan dua guru. Selain korban jiwa, lebih dari 50 orang lainnya mengalami luka-luka serius. Peristiwa memilukan ini terjadi di tengah ketegangan politik dan konflik bersenjata yang berkepanjangan di negara tersebut.

Latar Belakang Tragedi Depayin: Konflik

Sejak kudeta militer Myanmar pada Februari 2021, negara ini terjerumus ke dalam krisis politik dan keamanan yang parah. Militer (Tatmadaw) menggulingkan pemerintah sipil yang terpilih secara demokratis dan membentuk pemerintahan militer yang otoriter. Hal ini memicu gelombang protes besar-besaran dan membentuk kelompok perlawanan sipil, termasuk Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) dan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF). Wilayah Sagaing, khususnya Depayin, menjadi pusat perlawanan aktif yang berupaya menggulingkan kekuasaan militer.

Konflik ini tidak hanya bersifat politik tetapi telah berubah menjadi perang terbuka dengan banyak serangan militer di berbagai daerah, termasuk serangan udara. Kejadian di Depayin mencerminkan eskalasi brutal yang berujung pada kerugian besar di kalangan sipil, khususnya anak-anak yang menjadi korban utama dalam insiden ini.

Kronologi Serangan Tragedi Depayin:

 

Menurut keterangan saksi dan laporan dari kelompok perlawanan, serangan ini dilakukan oleh pesawat tempur MiG-29 milik militer Myanmar. Pesawat tersebut menjatuhkan dua bom di kompleks sekolah pada pukul 09.00 pagi waktu setempat, ketika para siswa sedang mengikuti ujian. Ledakan hebat menyebabkan bangunan sekolah runtuh sebagian dan menimbulkan korban jiwa yang cukup besar.

Selain kematian 20 siswa dan dua guru, ratusan siswa lain mengalami luka-luka, beberapa di antaranya parah hingga memerlukan perawatan intensif. Banyak korban mengalami cedera serius seperti patah tulang, luka bakar, dan amputasi anggota tubuh. Kondisi medis di wilayah itu sangat terbatas, memperparah penderitaan para korban.

Reaksi dan Tanggapan atas Tragedi Depayin:

Pemerintah bayangan Myanmar (NUG) mengutuk keras serangan ini dan menyebutnya sebagai kejahatan perang. Juru bicara NUG, Nay Phone Latt, menegaskan bahwa serangan militer terhadap sekolah adalah strategi untuk melemahkan perlawanan rakyat dan menimbulkan ketakutan. NUG juga mendesak komunitas internasional untuk memberikan tekanan lebih kuat kepada militer Myanmar agar menghentikan aksi kekerasan dan mematuhi hukum humaniter internasional.

Di tingkat global, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyatakan keprihatinan mendalam dan mengutuk keras serangan terhadap fasilitas pendidikan yang harusnya dilindungi. Ia mengingatkan bahwa serangan terhadap anak-anak dan sekolah dilarang oleh hukum internasional dan merupakan pelanggaran serius.

Dampak Kemanusiaan dan Sosial

Serangan ini menambah panjang daftar tragedi kemanusiaan di Myanmar. Ratusan warga sekitar terpaksa mengungsi meninggalkan rumah mereka karena takut menjadi sasaran berikutnya. Infrastruktur sosial dan kesehatan yang sudah rapuh makin terbebani, sehingga korban luka sulit mendapatkan bantuan medis yang memadai.

Lebih jauh, serangan ini memperburuk polarisasi dan ketegangan etnis-politik yang sudah mengakar di Myanmar. Anak-anak dan pendidik menjadi korban langsung kekerasan, yang tidak hanya menyebabkan penderitaan fisik, tetapi juga trauma psikologis jangka panjang bagi keluarga dan komunitas.

Analisis: Mengapa Sekolah Jadi Sasaran?

Menyerang sekolah bukan hanya tindakan brutal, tetapi juga strategi yang menghancurkan masa depan sebuah masyarakat. Dengan menargetkan pendidikan, militer berusaha mematahkan semangat generasi muda dan menghambat kemampuan mereka untuk membangun masa depan yang lebih baik. Hal ini juga dimaksudkan untuk menyebarkan ketakutan luas agar warga sipil enggan mendukung kelompok perlawanan.

Kegagalan militer Myanmar dalam menahan konflik melalui dialog atau proses politik membuat mereka memilih kekerasan sebagai alat utama. Namun, serangan semacam ini justru memperdalam krisis dan menjauhkan kemungkinan rekonsiliasi.

Prospek dan Harapan

Mengakhiri kekerasan dan memastikan perlindungan terhadap warga sipil, terutama anak-anak, adalah tantangan besar bagi Myanmar dan komunitas internasional. Tekanan diplomatik, sanksi, dan dukungan kemanusiaan harus terus ditingkatkan untuk memaksa militer menghentikan kekejaman.

Selain itu, perlindungan terhadap fasilitas pendidikan dan akses pendidikan yang aman harus menjadi prioritas dalam proses perdamaian. Komunitas global harus memperkuat mekanisme perlindungan anak dan memastikan pelaku kejahatan perang bertanggung jawab.

Kesimpulan

Serangan udara di Depayin pada 12 Mei 2025 menandai babak kelam dalam konflik Myanmar. Melibatkan kematian puluhan anak-anak dan pendidik, tragedi ini mencerminkan bagaimana konflik politik yang berlarut bisa menghancurkan generasi muda. Upaya perlindungan terhadap sekolah dan pemenuhan hak pendidikan bagi semua anak harus menjadi fokus utama agar Myanmar dapat membangun masa depan yang lebih damai dan berkeadilan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *