Jakarta – Jika selama ini stevia menjadi primadona dalam dunia pemanis alami karena keamanannya untuk kesehatan, kini muncul nama lain yang tak kalah menarik: Lucuma. Buah yang dijuluki “emas dari Inca” ini bukan hanya soal rasa, tapi juga membawa segudang manfaat untuk tubuh—mulai dari menyeimbangkan tekanan darah hingga memperbaiki suasana hati.
Lucuma berasal dari kawasan pegunungan Andes di Amerika Selatan, terutama Peru dan Bolivia. Di sana, buah ini bukan sekadar cemilan manis biasa, tetapi sudah digunakan sejak zaman peradaban kuno. Daging buahnya berwarna kuning keemasan hingga jingga, dan rasanya unik—perpaduan antara ubi jalar, karamel, dan sirup maple. Tak heran kalau es krim rasa lucuma menjadi salah satu yang paling populer di wilayah asalnya.
Kini, berkat kemajuan distribusi pangan global, lucuma mulai dikenal lebih luas dan tampil dalam beragam olahan modern seperti latte, camilan sehat, hingga smoothies. Kebanyakan produk di pasaran hadir dalam bentuk bubuk berwarna kuning pucat yang dihasilkan dari daging buah yang dikeringkan.
Yang membuat lucuma menonjol bukan hanya rasanya, tapi juga indeks glikemiknya yang rendah serta kandungan nutrisinya yang tinggi. Tak seperti gula rafinasi yang hanya memberi energi tanpa nilai gizi, lucuma hadir dengan paket lengkap: antioksidan, vitamin, dan serat.
Menurut seorang ahli gizi, Scott Keatley, “Lucuma bukan sekadar pemanis, tapi juga sumber vitamin dan mineral. Itu sebabnya ia tak bisa disamakan dengan gula putih biasa.”
Kandungan Ajaib di Balik Rasa Manisnya

Di balik rasanya yang manis alami, lucuma ternyata kaya akan antioksidan seperti karotenoid, yang tak hanya memberi warna khas pada daging buahnya, tetapi juga membantu menjaga kesehatan mata. Di samping itu, buah ini mengandung vitamin C, zat besi, seng, kalsium, kalium, hingga serat makanan yang penting untuk pencernaan.
Jika dibandingkan dengan gula meja, satu sendok makan lucuma bubuk hanya mengandung sekitar 30 kalori, sementara gula putih bisa mencapai 49 kalori. Selain itu, lucuma juga memiliki satu gram protein dan enam gram karbohidrat per sendok makan—lebih seimbang dibanding gula putih yang tidak mengandung protein sama sekali dan memiliki lebih banyak karbohidrat sederhana.
Keseimbangan ini membuat lucuma jadi alternatif yang baik untuk menjaga kesehatan jantung dan mencegah lonjakan gula darah secara drastis. Bahkan, menurut penelitian, kandungan polifenol dalam lucuma mampu membantu menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah.
Si Penyeimbang Tekanan Darah yang Bisa Bikin Bahagia
Beberapa studi menunjukkan bahwa lucuma bisa membantu tubuh lebih rileks dan bahkan berperan dalam menjaga kestabilan suasana hati. Kandungan vitamin B3 atau niasin di dalamnya diketahui berkontribusi dalam meningkatkan mood dan menurunkan risiko depresi ringan. Tak heran kalau masyarakat Inca memandang lucuma sebagai simbol kesuburan dan kesehatan.
Meski demikian, penting diingat bahwa lucuma tetaplah pemanis—jadi penggunaannya tetap perlu dibatasi. Konsumsi yang bijak adalah kunci untuk mendapatkan manfaat maksimal tanpa efek samping.
Manfaat Lucuma yang Lainnya: Dari Pencernaan hingga Perlindungan Sel
Menurut informasi dari WebMD, kekuatan utama lucuma berasal dari kandungan antioksidannya. Senyawa ini melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang muncul sebagai hasil samping dari metabolisme. Jika dibiarkan, radikal bebas dapat merusak sel dan memicu penyakit serius seperti kanker atau penyakit jantung.
Lucuma juga unggul dalam hal serat makanan. Kandungan serat yang tinggi membantu memperlancar sistem pencernaan dan mencegah masalah seperti sembelit. Serat tak larut dalam lucuma bekerja dengan menambah massa pada tinja dan mempercepat waktu transit makanan dalam usus.
Meskipun kandungan vitamin dan mineral dalam bubuk lucuma tidak tergolong sangat tinggi, kontribusinya tetap bermanfaat bila dikonsumsi secara rutin sebagai bagian dari pola makan sehat.
Pilihan Cerdas untuk Penderita Diabetes

Satu keunggulan lain yang patut disorot adalah potensi lucuma dalam mengendalikan gula darah. Dalam satu penelitian, ekstrak lucuma terbukti mampu mengurangi lonjakan glukosa dalam darah dan tekanan darah tinggi yang sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2.
Lucuma mengandung lebih banyak karbohidrat kompleks—seperti pati dan serat—dibandingkan karbohidrat sederhana. Karbohidrat kompleks dicerna lebih lambat, sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang tajam seperti yang biasanya terjadi setelah mengonsumsi gula biasa.
Beberapa klaim menyebut bahwa lucuma memiliki indeks glikemik yang lebih rendah, menjadikannya pilihan yang lebih ramah bagi penderita diabetes. Meski begitu, belum ada penelitian komprehensif yang bisa mengonfirmasi angka pastinya, sehingga tetap dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi sebelum menjadikannya pengganti utama gula.
Menjaga Keseimbangan: Lucuma Bukan Obat Mujarab, Tapi Solusi Cerdas
Walau kaya manfaat, lucuma bukanlah “obat segala penyakit.” Ia tetap pemanis dan harus digunakan dengan bijak. Namun, ketika dibandingkan dengan gula biasa, lucuma jelas menawarkan lebih banyak nilai gizi dan manfaat tambahan. Bagi mereka yang ingin hidup lebih sehat tanpa harus mengorbankan rasa manis dalam hidup, lucuma bisa menjadi jawaban.
Dengan rasanya yang unik, kandungan nutrisi yang berlimpah, dan sejarah panjang sebagai makanan berharga di masa lampau, lucuma adalah bukti bahwa alam masih menyimpan banyak rahasia sehat yang bisa kita manfaatkan hari ini.
Jika kamu sedang mencari pemanis alami yang lebih dari sekadar rasa, lucuma layak masuk daftar belanja harianmu. Manis, sehat, dan penuh khasiat—itulah Lucuma, si “emas” dari Andes yang kini siap menyegarkan hidupmu.
Leave a Reply