WagonNews – Sulawesi Tengah menyimpan sebuah warisan kuliner yang tak banyak dikenal secara luas: Kaledo, hidangan berkuah yang menggoda dengan rasa asam dan pedas yang khas. Dibalik kelezatannya, Kaledo menyimpan cerita budaya dan tradisi panjang masyarakat Donggala yang patut diangkat ke permukaan.
Apa Itu Kaledo?
Kaledo adalah makanan tradisional yang terbuat dari tulang kaki sapi, dimasak dengan bumbu sederhana namun menghasilkan rasa yang sangat kaya. Nama “Kaledo” sendiri merupakan akronim dari kata-kata lokal:
- Ka = Kaki
- Le = Lembu (sapi)
- Do = Donggala
Hidangan ini memiliki sejarah panjang dalam kehidupan masyarakat setempat dan dulunya sering dihidangkan dalam acara penting, seperti ritual adat atau pesta keluarga besar.
Keunikan Rasa dan Cara Menyantap Kaledo
Dibandingkan sup kaki sapi biasa, Kaledo memiliki sensasi rasa yang berbeda. Kuahnya bening namun kuat rasa karena berpadu antara asam segar dari air asam jawa dan pedas dari cabai rawit utuh. Tambahan daun jeruk, serai, dan bawang merah goreng membuat aromanya semakin memikat.
Yang paling unik dari Kuliner ini adalah keberadaan sumsum tulang sapi yang masih utuh dalam potongan besar. Menikmatinya pun tidak biasa—penggemar Kaledo kerap menggunakan sedotan untuk mengisap sumsum dari dalam tulang, menjadikan pengalaman makan ini sangat berbeda dan menyenangkan.
Cara Membuat Kaledo yang Autentik
Berikut resep dan langkah-langkah membuat Kaledo versi tradisional khas Donggala:
Bahan-Bahan:
- 1 kg kaki sapi (pilih bagian tulang dengan sumsum)
- 2 liter air
- 5 siung bawang putih (geprek)
- 10 siung bawang merah (iris tipis)
- 2 batang serai (memarkan)
- 4 lembar daun jeruk
- 10 buah cabai rawit merah (biarkan utuh)
- 3 buah cabai merah besar (iris serong)
- 3 sendok makan air asam jawa
- Garam secukupnya
- Kaldu bubuk dan sedikit gula (jika suka)
Langkah Memasak:
- Rebus kaki sapi hingga keluar kotorannya, buang air rebusan pertama.
- Rebus ulang dengan air bersih hingga tulang empuk dan kaldunya keluar.
- Tumis irisan bawang merah hingga kecokelatan, lalu masukkan ke dalam kuah.
- Tambahkan bawang putih, serai, daun jeruk, cabai rawit, dan cabai merah ke dalam rebusan.
- Tuangkan air asam jawa, beri garam, dan sesuaikan rasa.
- Masak terus hingga aroma harum keluar dan daging terasa empuk.
- Sajikan panas bersama ubi kayu rebus untuk pengalaman autentik, atau nasi putih jika lebih disukai.
Nilai Filosofis Kaledo di Tengah Masyarakat
Lebih dari sekadar santapan, Kaledo merepresentasikan filosofi kehidupan masyarakat Sulawesi Tengah. Bagian kaki sapi dianggap simbol dari keteguhan dan pijakan hidup yang kokoh. Menikmati Kuliner ini bersama keluarga besar juga menjadi lambang persaudaraan dan kebersamaan, karena biasanya hidangan ini disantap dalam suasana ramai dan penuh cerita.
Kaledo dan Peluang Populernya Secara Nasional
Saat ini, Kaledo masih menjadi kuliner yang banyak ditemukan di Palu dan daerah sekitarnya. Sayangnya, belum banyak restoran di luar Sulawesi Tengah yang menyajikannya. Padahal, di tengah tren eksplorasi kuliner daerah, Kuliner Ini memiliki potensi besar untuk dikenal secara nasional—bahkan internasional—karena keunikannya.
Jika promosi kuliner daerah lebih digencarkan melalui media sosial, festival makanan, atau platform digital, bukan tak mungkin Kuliner ini akan menjadi salah satu ikon kuliner nusantara yang membanggakan.
Penutup
Kaledo bukan hanya tentang kuah asam pedas dan tulang sapi, tetapi tentang identitas lokal, budaya yang hidup, dan cara masyarakat merayakan kebersamaan. Jika kamu sedang merencanakan kunjungan ke Sulawesi Tengah, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi Kuliner Ini langsung dari tempat asalnya. Rasanya yang khas dan cara makannya yang unik akan meninggalkan kesan tak terlupakan.
Leave a Reply