Pada penghujung dekade 1960-an, musik rock mencapai masa keemasan, dan salah satu nama paling menonjol yang muncul dari Inggris adalah Led Zeppelin. Band legendaris ini dibentuk di London pada tahun 1968, beranggotakan empat musisi yang kemudian dikenal luas: Robert Plant mengisi posisi vokal utama, Jimmy Page memegang peran sebagai gitaris, John Paul Jones memainkan bass sekaligus keyboard, dan John Bonham menjadi penggebuk drum andalan mereka.
Dengan sentuhan blues dan folk yang dipadukan dengan kekuatan suara yang intens, Led Zeppelin menjadi pionir genre hard rock dan heavy metal. Musik mereka bukan hanya mengguncang Inggris, tetapi juga mengubah wajah rock dunia, menjadikan mereka ikon dekade 1970-an.
Meski telah melewati masa-masa sulit, termasuk kehilangan John Bonham pada 1980, nama Led Zeppelin tetap bergema hingga kini. Belakangan beredar rumor mengenai rencana mereka untuk kembali berkumpul di panggung—sebuah reuni yang bukan pertama kali dilakukan. Kali ini, mereka disebut-sebut akan tampil bersama Jason Bonham, putra dari mendiang John Bonham, yang akan mengisi posisi sang ayah sebagai drummer.
Dari “The New Yardbirds” Menuju Led Zeppelin

Kisah berdirinya grup ini bermula setelah The Yardbirds, band tempat Jimmy Page bernaung, bubar. Sebagai anggota terakhir yang tersisa, Page enggan menghentikan langkahnya di dunia musik begitu saja. Ia kemudian merintis formasi baru dengan nama The New Yardbirds demi menuntaskan jadwal tur yang telah dijadwalkan di wilayah Skandinavia.
Setelah mendapatkan rekomendasi, Page mengajak Robert Plant untuk mengisi posisi vokalis.
Chemistry mereka langsung terasa sejak memainkan lagu “Train Kept A-Rollin’”, menandai dimulainya era baru musik rock.
Namun, nama “The New Yardbirds” tak bertahan lama. Chris Dreja, mantan anggota The Yardbirds, secara hukum melarang mereka menggunakan nama tersebut. Sebagai gantinya, mereka memilih nama baru yang terinspirasi dari komentar sarkastik Keith Moon, drummer The Who. Ia menyebut proyek ini akan tenggelam seperti “balon timah” (lead balloon). Kata “lead” diganti menjadi “led” agar tidak disalahartikan, dan “balloon” diubah menjadi “zeppelin”, menciptakan nama yang ikonik dan kuat: Led Zeppelin.
Awal Karier dan Puncak Popularitas
Led Zeppelin segera menandatangani kontrak dengan Atlantic Records senilai US$143 ribu—jumlah fantastis untuk band pendatang baru kala itu. Yang istimewa, kontrak ini memberikan mereka kebebasan kreatif penuh, termasuk dalam hal produksi dan promosi.
Tak butuh waktu lama, mereka merilis album debut bertajuk Led Zeppelin pada tahun 1969. Proses rekamannya hanya memakan waktu sembilan hari. Album ini memuat sejumlah lagu ikonik seperti “Good Times Bad Times” dan “Dazed and Confused”, yang langsung melambungkan nama mereka ke tangga lagu di banyak negara.
Kesuksesan berlanjut dengan Led Zeppelin II yang juga dirilis tahun yang sama, menjadi album pertama mereka yang menempati posisi puncak di Amerika Serikat dan Inggris. Lagu “Whole Lotta Love” menjadi andalan utama. Pada 1970, mereka meluncurkan Led Zeppelin III, yang lebih mengeksplorasi elemen folk dan dibuka dengan “Immigrant Song”.
Kesuksesan besar mereka mencapai puncaknya lewat album keempat yang dirilis pada 1971. Album ini menampilkan “Stairway to Heaven”, lagu ikonis yang dianggap sebagai salah satu karya terbaik dalam sejarah musik rock.
Setelahnya, album seperti Houses of the Holy (1973), Physical Graffiti (1975), Presence (1976), dan In Through the Out Door (1979) memperkuat posisi mereka sebagai band raksasa. Penampilan panggung mereka terkenal megah, bahkan kerap memecahkan rekor penonton.
Perpisahan dan Jejak Abadi Led Zeppelin

Tahun 1980 menjadi titik kelam dalam sejarah Led Zeppelin. Kepergian John Bonham akibat kecanduan alkohol mengguncang band secara emosional. Mereka merasa tidak ada lagi alasan untuk melanjutkan, karena Bonham adalah jiwa dari permainan ritme Led Zeppelin.
Meski resmi bubar, para anggota yang tersisa beberapa kali bersatu kembali dalam konser spesial. Salah satu yang paling bersejarah adalah konser penghormatan untuk Ahmet Ertegun pada 2007 di London, di mana Jason Bonham tampil menggantikan posisi ayahnya.
Led Zeppelin kini dikenang sebagai salah satu band dengan pengaruh terbesar sepanjang masa. Penjualan album mereka menembus angka 200 juta kopi di seluruh dunia, dengan delapan album menempati puncak tangga lagu Inggris dan enam di Amerika Serikat. Mereka juga meraih lima sertifikasi Diamond dari RIAA.
Warisan Musik dan Pengaruh yang Tak Pernah Padam
Jimmy Page, sebagai otak di balik banyak komposisi band, memegang peran penting dalam membentuk karakter suara Led Zeppelin. Sementara Robert Plant membawa sentuhan liris yang puitis dan magis. John Paul Jones turut memperkaya musik mereka lewat permainan keyboard dan aransemen orkestra, terutama di masa-masa akhir band.
Jason Bonham, yang meneruskan warisan ayahnya, kerap ikut serta dalam berbagai proyek reuni. Keberadaannya memperlihatkan bahwa semangat Led Zep pelin tidak pernah padam—sebuah bukti bahwa api musik mereka tetap menyala, bahkan ketika zaman telah berganti
Leave a Reply