WagonNews — Dunia kripto kembali menggemparkan jagat finansial. Sosok misterius di balik terciptanya Bitcoin, Satoshi Nakamoto, kini kembali masuk dalam jajaran para miliarder kelas dunia. Dengan total kekayaan digital yang melampaui angka fantastis USD 102 miliar, Nakamoto menapaki kembali panggung ekonomi global berkat lonjakan nilai Bitcoin yang kini menembus harga lebih dari USD 93.000.
Berita ini menjadi sorotan luas, terutama karena pencapaian tersebut terjadi bertepatan dengan kembalinya sentimen bullish di pasar kripto. Dalam 24 jam terakhir, harga Bitcoin tercatat mengalami lonjakan lebih dari 5%. Sejak pertengahan April, nilai BTC telah meningkat sekitar 12%, mendorong total kapitalisasi pasarnya hingga mencapai angka fantastis sebesar USD 1,85 triliun.
Yang membuat cerita ini semakin menarik adalah fakta bahwa kepemilikan Nakamoto, yang dipercaya mencapai 1,096 juta BTC, tidak pernah tersentuh atau berpindah tangan selama lebih dari sepuluh tahun. Bitcoin yang beredar saat ini banyak berasal dari blok-blok awal yang ditambang pada era awal kelahiran jaringan, yakni antara Januari hingga Mei 2009. Blok-blok ini dikenal dengan sebutan “Pola Patoshi” di kalangan komunitas blockchain karena karakteristik uniknya yang konsisten dan tidak tumpang tindih.
Blok-blok tersebut memiliki satu kesamaan mencolok: semuanya mengarah pada satu entitas yang diyakini sebagai Nakamoto. Bahkan, satu-satunya transaksi yang pernah dilakukan dari dompet ini terjadi pada 2009. Sejak saat itu, alamat ini tetap membisu, menambah aura misteri yang menyelimuti pencipta Bitcoin tersebut.
Yang lebih menakjubkan lagi, jika Nakamoto memilih untuk tetap tampil ke publik dan tidak menghilang sejak 14 tahun silam, ia kemungkinan besar akan berada di posisi ke-16 dalam daftar orang terkaya dunia versi Forbes. Ia akan melampaui nama-nama besar seperti Jensen Huang dari Nvidia maupun keluarga Koch.
Namun, satu pertanyaan besar terus bergema: apakah Bitcoin akan memiliki daya tarik yang sama jika penciptanya bukan sosok anonim?
Prediksi Harga Bitcoin dalam Seminggu ke Depan: Satoshi Nakamoto?

Ketika Bitcoin terus mencuri perhatian, para analis memprediksi bahwa tren kenaikan ini masih memiliki ruang untuk berlanjut. Bahkan, tren harga Bitcoin diprediksi akan semakin menguat dalam tujuh hari ke depan. Laporan analisis terkini dari Bitget mengindikasikan bahwa Bitcoin tengah menunjukkan pola penguatan yang solid, sementara Ethereum, sebagai pesaing utama, masih bergerak dalam rentang yang relatif sempit.
Ryan Lee, Kepala Analis Tim Riset dari Bitget, mengungkapkan bahwa dalam periode 21–27 April 2025, Bitcoin menunjukkan momentum positif yang signifikan.
“Bitcoin saat ini diperdagangkan dalam kisaran USD 83.000 hingga USD 90.000. Penembusan batas USD 87.000 menjadi indikasi kuat adanya pembalikan tren besar,” ujar Lee.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang mendorong tren ini. Salah satu pendorong utama adalah arus dana yang terus meningkat ke dalam produk investasi ETF Bitcoin Spot, mencerminkan antusiasme lembaga keuangan besar terhadap BTC. Kedua, tekanan jual dari kalangan penambang yang berkurang drastis setelah peristiwa halving, turut menjadi pendorong utama reli harga ini.
Lee juga menambahkan bahwa secara makro, pelemahan nilai tukar Dolar AS serta kenaikan harga emas menciptakan lingkungan yang ideal bagi Bitcoin untuk tampil sebagai “safe haven” baru. Kombinasi antara sentimen positif dan kondisi ekonomi global yang mendukung membuat Bitcoin kembali menjadi pusat perhatian investor.
Ethereum Masih Tertahan, Faktor Apa yang Mengganjal?

Sementara itu, Ethereum tampaknya masih belum menemukan momentum untuk menyusul jejak Bitcoin. Kripto terbesar kedua ini masih bergerak lesu di kisaran harga USD 1.520 hingga USD 1.700. Menurut Lee, minimnya aktivitas di jaringan Layer 2 Ethereum turut berkontribusi pada stagnasi pergerakan ETH.
“Rasio ETH terhadap BTC yang masih lemah menunjukkan bahwa investor saat ini lebih memilih Bitcoin sebagai pilihan utama,” terang Lee.
Menurutnya, agar Ethereum bisa mengubah persepsi pasar dan menarik minat kembali, harga ETH perlu menembus titik krusial di atas USD 1.700. Jika tidak, Ethereum kemungkinan besar akan terus tertinggal dalam persaingan.
Namun, bukan hanya faktor internal yang menjadi perhatian. Dinamika geopolitik dan kebijakan global juga turut memainkan peran besar dalam menentukan arah pasar. Salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah kebijakan tarif yang tengah diusulkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump.
Situasi ini memicu ketidakpastian di pasar global, yang berdampak langsung pada pola perilaku investor dalam memilih aset-aset berisiko seperti mata uang kripto. Dalam situasi seperti ini, pemahaman mendalam terhadap kondisi ekonomi makro menjadi semakin krusial bagi para pelaku pasar.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kembalinya Satoshi Nakamoto dan Tren Kripto Saat Ini?
Fenomena meningkatnya harga Bitcoin dan kembalinya nama Satoshi Nakamoto dalam perbincangan elite ekonomi menunjukkan betapa dinamis dan tak terduganya dunia kripto. Dalam waktu singkat, kekayaan digital bisa meroket hingga ratusan miliar dolar, namun juga bisa anjlok tanpa peringatan.
Satu hal yang pasti, keberadaan Nakamoto – meski hanya lewat dompet digitalnya yang tak tersentuh – tetap menjadi simbol dari kepercayaan dan fondasi sistem desentralisasi. Ia seperti legenda hidup, walau tak pernah tampil di depan publik.
Di sisi lain, investor perlu tetap waspada dan bijak membaca tren. Volatilitas tinggi adalah bagian dari ekosistem kripto, dan hanya mereka yang mampu mengelola risiko dengan cermat yang bisa bertahan dalam jangka panjang
Leave a Reply