Trump Pertimbangkan Tarif Emas atau Bitcoin?

Pemerintahan Donald Trump tengah mengkaji sebuah langkah yang bisa mengubah wajah ekonomi digital Amerika Serikat: menambah cadangan Bitcoin nasional. Ide ini bukan sekadar wacana, tetapi telah masuk dalam agenda pembahasan serius Gedung Putih, dengan berbagai sumber pendanaan sedang dipertimbangkan—mulai dari hasil tarif impor hingga potensi keuntungan dari penilaian ulang cadangan emas negara.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Bo Hines, Direktur Eksekutif Dewan Penasihat Presiden untuk Aset Digital, dalam wawancaranya bersama tokoh dunia kripto, Anthony Pompliano. Dalam perbincangan itu, Hines menggarisbawahi bahwa pemerintahan saat ini membuka diri terhadap pendekatan-pendekatan non-tradisional demi memperkuat posisi AS dalam ranah mata uang digital. “Tidak ada yang dikesampingkan,” ujar Hines lugas. “Semuanya dipertimbangkan.”

Sikap terbuka ini menunjukkan bahwa Trump tidak hanya melihat Bitcoin sebagai aset digital biasa, tetapi juga sebagai komponen strategis yang bisa memperkuat stabilitas ekonomi nasional.

Trump Menggali Potensi Emas Lama
trump bitcoin emas

Salah satu gagasan yang paling mencuri perhatian datang dari Senator Cynthia Lummis yang mengusulkan RUU Cadangan Bitcoin. Dalam proposalnya, ia mengusulkan agar cadangan emas milik Departemen Keuangan AS dinilai ulang. Selama ini, sertifikat emas tersebut dihitung berdasarkan harga yang ditetapkan puluhan tahun lalu, yaitu hanya USD 43 per ons. Padahal harga pasar saat ini sudah melonjak drastis menjadi sekitar USD 3.223,61 per ons.

Jika penilaian ulang ini disetujui, pemerintah akan mendapatkan selisih nilai yang sangat besar. Dana tersebut bisa menjadi sumber pendanaan baru tanpa harus mencetak uang atau menambah utang negara. Dalam konteks inilah, pembelian Bitcoin menjadi opsi yang sangat menarik untuk dipertimbangkan.
“Sertifikat emas yang kita miliki nilainya masih dihitung USD 43 per ons, padahal harga pasarnya sudah di atas USD 3.100. Kalau kita ambil selisihnya, itu bisa kita gunakan untuk membeli Bitcoin,” jelas Hines.

Langkah ini bukan hanya soal investasi, tapi merupakan bagian dari inisiatif jangka panjang yang disebut Cadangan Bitcoin Strategis—semacam simpanan nasional berbasis kripto yang bisa menjadi ‘brankas digital’ negara.

Trump Membangun Tabungan Digital Negara

Menurut Hines, pemerintah tengah menyusun berbagai pendekatan agar pembelian Bitcoin ini tidak menjadi beban anggaran. Salah satunya adalah dengan mengalihkan pendapatan dari tarif perdagangan atau keuntungan aset negara yang selama ini belum dimaksimalkan.
“Kita sedang mencari berbagai cara yang cerdas—dari tarif perdagangan, cadangan emas, dan bahkan sumber lainnya. Banyak sekali cara yang bisa ditempuh,” kata Hines menutup wawancara yang dilakukan langsung dari Gedung Putih.

Langkah ini tampaknya menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah ingin menempatkan Bitcoin sebagai bagian dari strategi ekonomi jangka panjang, bukan sekadar eksperimen teknologi semata.

Bitcoin Bangkit di Tengah Gonjang-Ganjing Tarif

Di saat perdebatan tentang kebijakan fiskal masih berlangsung, harga Bitcoin menunjukkan ketangguhannya. Aset kripto ini sempat menunjukkan penguatan dan menyentuh kembali level sekitar USD 85.000 di awal minggu, di tengah ketidakjelasan seputar kebijakan tarif dari Presiden Trump.

Keputusan ini memberikan angin segar bagi perusahaan teknologi Amerika seperti Apple, yang banyak menggantungkan produksinya di China. Kabar ini juga ikut mendongkrak sentimen positif terhadap pasar kripto.

Namun sehari berselang, Trump kembali mengejutkan pasar dengan menyatakan bahwa tarif akan tetap diberlakukan, meskipun kemungkinan besar dalam skema yang lebih lunak dan bersifat “khusus.” Tarif yang baru ini rencananya akan difokuskan pada sektor-sektor strategis seperti industri semikonduktor.

Kripto dan Inflasi: Sebuah Korelasi Baru?
trump emas bitcoin

Panji Yudha, analis keuangan dari Ajaib, mengungkapkan bahwa penguatan Bitcoin bukan semata-mata karena isu tarif, melainkan juga karena ketahanan pasar kripto yang mulai terbentuk di tengah ketidakpastian global.

Dari sisi makroekonomi, kondisi juga tampak mendukung. Data inflasi terbaru di Amerika Serikat menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan. Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya naik sebesar 2,4% secara tahunan di bulan Maret, jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yang sebesar 2,8%. Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak September lalu.

Di sisi lain, Indeks Harga Produsen (PPI) justru mencatat penurunan sebesar 0,4%—penurunan bulanan terbesar sejak Oktober 2023. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan inflasi dari sisi hulu mulai mereda. “Data inflasi—baik CPI maupun PPI—memang memberi ruang bagi pemulihan harga Bitcoin dalam beberapa hari terakhir. Tapi ini bisa jadi cuma jeda sementara,” ujar Panji.

Kekhawatiran The Fed dan Masa Depan Kripto

Notulen dari pertemuan The Fed pada bulan Maret mencerminkan kekhawatiran bahwa inflasi bisa kembali naik, apalagi jika kebijakan tarif Trump menyebabkan lonjakan biaya impor. Jika hal itu terjadi, bank sentral mungkin kembali menyesuaikan suku bunga, yang bisa berdampak ke pasar aset digital.

Namun di tengah kekhawatiran itu, muncul keyakinan baru bahwa Bitcoin bisa menjadi alternatif penyimpanan nilai yang stabil. Terlebih jika pemerintah benar-benar memutuskan untuk memasukkannya ke dalam portofolio cadangan nasional.

Langkah ini akan menjadi preseden besar dalam sejarah moneter dunia—sebuah negara besar secara resmi mengadopsi mata uang digital sebagai bagian dari aset strategisnya.

Dan jika benar terjadi, era baru sistem keuangan global bisa saja dimulai dari kebijakan kreatif yang lahir di Gedung Putih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *