Jakarta – Setelah Magma Entertainment mengumumkan pencapaian luar biasa Qodrat 2 yang berhasil menarik lebih dari dua juta penonton ke bioskop, sang pemeran utama, Vino G. Bastian, berbagi cerita tentang perjalanan emosionalnya kembali memerankan karakter ustaz Qodrat. Dalam sekuel ini, Vino kembali bersanding dengan Acha Septriasa, kolaborasi yang terakhir kali terjadi 17 tahun lalu lewat film In The Name of Love karya Rudi Soedjarwo.
Film Qodrat 2, yang berhasil mendapatkan label usia 13 tahun ke atas dari lembaga sensor, menjadi penanda kebangkitan baru genre horor action lokal. Vino sendiri mengaku cukup gugup ketika mengetahui film ini akan dirilis di masa libur Lebaran 2025, di tengah ketatnya persaingan dengan empat film lokal lainnya yang tak kalah menjanjikan: Pabrik Gula, Norma: Antara Mertua dan Menantu, Jumbo, serta Komang.
“Bukan berarti saya pesimis ya, tapi dari awal saya tahu semua film yang rilis bareng Qodrat 2 punya konsep dan kualitas yang keren. Apalagi Lebaran biasanya jadi momen orang cari tontonan segar dengan ide-ide yang belum pernah mereka lihat sebelumnya,” ungkap Vino saat kami hubungi lewat sambungan telepon, Rabu (16/4/2025).
Ketegangan Sebelum Tayang Qodrat 2

Yang membuat Vino semakin waswas bukan hanya soal persaingan, tapi juga karena genre yang diusung film ini. Menggabungkan horor dan aksi bisa jadi taruhan besar—jika salah langkah, bisa saja malah menjadi bumerang.
“Waktu itu saya sempat mikir, ‘jangan-jangan malah blunder nih.’ Banyak yang masih mempertanyakan kualitas film action kita. Setelah The Raid, ada nggak sih film Indonesia yang benar-benar keren dari segi aksi?” katanya jujur.
Keraguan semacam itu sempat menghantui. Tapi semua itu terbayar ketika Qodrat 2 yang disutradarai oleh Charles Gozali menembus angka dua juta penonton. Prestasi ini membuat Vino bisa bernapas lega.
“Film ini bukan sekadar menyuguhkan horor dan adegan laga yang intens. Kita punya karakter utama yang kuat—Qodrat—yang benar-benar jadi penarik utama. Dan itu membedakan Qodrat 2 dari film horor lain, termasuk Pabrik Gula yang tayang bareng,” jelasnya.
Peluang dari Label 13+
Hal menarik lainnya dari kesuksesan Qodrat 2 adalah keberhasilannya lolos sensor dengan batasan usia lebih rendah dibanding film pertamanya. “Waktu 2022, film pertama hanya bisa ditonton yang udah 17 tahun. Sekarang, dengan label 13 tahun, kita menjangkau penonton yang lebih luas. Ini benar-benar pasar baru yang sebelumnya belum bisa menikmati Qodrat,” terang Vino.
Label tersebut bukan sekadar angka. Dengan dibukanya akses bagi penonton remaja, film ini mendapatkan daya jangkau yang jauh lebih besar. Dan meski ada suara-suara pesimistis yang meragukan film ini bisa menyaingi sukses pendahulunya, Vino percaya pada kekuatan cerita dan eksekusinya.
“Banyak yang bilang, ‘wah susah tuh bisa tembus sejuta lagi.’ Tapi Alhamdulillah Qodrat 2 bisa menyamai capaian pertama—bahkan minggu ini sudah di angka dua juta. Ini momen yang patut kami rayakan,” ucapnya penuh syukur.
Qodrat 2: Kengerian yang Menyusup di Balik Pabrik Tekstil

Bagi yang belum sempat menyaksikan Qodrat 2, berikut gambaran singkat ceritanya. Setelah berhasil menumpas Assualla dan membongkar tipu daya ustaz Zafar (yang diperankan Randy Pangalila), Qodrat memulai babak baru dalam hidupnya—yakni mencari istri tercintanya, Azizah (Acha Septriasa).
Azizah kini bekerja di sebuah pabrik tekstil, di mana ia menjalin persahabatan dengan dua rekan kerja, Purwanti (Della Dartyan) dan Yuni (Hana Saraswati). Namun segalanya berubah ketika Yuni ditemukan meninggal dalam kondisi mencurigakan. Suaminya, Sukardi (Donny Alamsyah), yakin ada sesuatu yang tidak beres.
Kecurigaannya semakin kuat karena pihak keamanan pabrik selalu menghalangi saat ia mencoba mengakses informasi dari atasan, termasuk seorang petinggi bernama Safih (Septian Dwi Cahyo). Bersama Purwanti, Azizah mulai mengendus aroma busuk dari praktik gelap yang bersembunyi di balik aktivitas pabrik.
Dari penemuan buhul pada peralatan kerja Yuni, mereka yakin ada kekuatan mistis yang terlibat. Tanpa Azizah sadari, Qodrat mulai menyusup ke pabrik dan bertemu dengan Sukardi, berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Di sisi lain, Azizah sendiri tengah berusaha pulih dari trauma masa lalu—terutama kehilangan anaknya, Alif (Jason Bangun), yang wafat setelah mengalami kesurupan.
Menyatukan Horor dan Aksi dalam Format Lokal
Qodrat 2 berhasil menjelma menjadi film yang tak hanya menegangkan, tetapi juga menyentuh secara emosional. Lewat kombinasi aksi dan elemen mistis yang kuat, film ini menawarkan pengalaman yang jarang ditemukan dalam sinema Indonesia.
Kesuksesan film ini bukan hanya karena kualitas sinematografinya, melainkan juga keberanian dalam mengeksplorasi cerita spiritual yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Ditambah chemistry kuat antara Vino dan Acha, penonton seakan diajak untuk menyelami sisi kelam yang tidak hanya datang dari makhluk tak kasat mata, tapi juga dari manusia-manusia yang menyalahgunakan kekuasaan.
Kisah di balik layar Qodrat 2 membuktikan bahwa genre horor action lokal masih punya taring. Dengan pencapaian dua juta penonton, film ini bukan sekadar hiburan musiman, tetapi langkah besar menuju kepercayaan publik terhadap film action Indonesia. Label usia 13 tahun ke atas membuka potensi pasar baru, dan kehadiran Vino G. Bastian sebagai figur sentral menjadikan Qodrat 2 sebagai fenomena layar lebar yang layak disimak.
Sekuel ini bukan akhir, melainkan awal dari babak baru dunia sinema horor tanah air—yang siap mengguncang lagi di masa depan.
Leave a Reply